Monday, August 9, 2010

Hujan Darah di India

Fenomena Hujan
Darah di Kerala, India
Antara bulan Juli 25
dan September 23,
2001, dilaporkan
bahwa telah turun
hujan aneh dengan
warna air yang tidak
biasa yakni
berwarna merah.
Kejadian aneh dan
mengerikan ini
terjadi di bagian
selatan negara
bagian Kerala India.
Orang terkejut dan
takut karena seperti
terjadi hujan darah
yang tercurah deras
dari langit. Hujan
darah ini terjadi
secara sporadic di
seluruh wilayah dan
ilmuwan bergegas
ke tempat kejadian
untuk menganalisis
komposisinya.
Setelah air hujan itu
diteliti, penemuan
mengerjutkan di
dapat. Bahwa,
partikel mikroskopis
hadir dalam air,
sama dalam yang
terdapat pada sel
darah manusia. Itu
sebabnya air hujan
berubah warna
menjadi mirip warna
darah.
Namun penjelasan
itu masih menjadi
tanda Tanya besar,
apalagi pada saat
bersamaan muncul
berbagai analisa
tentang kejadian
aneh itu. Makin
bingung ketika
muncul lagi teori
yang dihubungkan
dengan meteorit dan
kalelawar. Teori ini
menyebutkan,
bahwa meteorit,
yang telah melanda
suasana tak lama
sebelum musim
hujan mulai, telah
bertabrakan dengan
sekawanan
kelelawar dan
menyemprot darah
mereka ke atmosfir.
Mungkin teori yang
paling ambisius
adalah bahwa
ilmuwan Godfrey
Louis dan Santhosh
Kumar dari
Universitas Muhatma
Gandhi, Karela.
Mereka berspekulasi
bahwa sel-sel
mengkontaminasi
berasal dari luar
bumi dan bahwa
mereka telah dibawa
ke Bumi oleh
meteorit,
mengkonfirmasi
teori panspermia.
Louis dan Kumar
mengatakan, bahwa
sel memiliki "sifat
yang tidak biasa".


Lebih dari 500.000
meter kubik air
hujan berwarna
merah tercurah ke
bumi. Pada mulanya
ilmuwan mengira air
hujan yang
berwarna merah itu
disebabkan oleh
pasir gurun, namun
para Ilmuwan
menemukan sesuatu
yang mengejutkan,
unsur merah di
dalam air tersebut
adalah sel hidup, sel
yang bukan berasal
dari bumi !
Hujan yang pertama
jatuh di distrik
Kottayam dan Idukki
di wilayah selatan
India. Bukan hanya
hujan berwarna
merah, 10 hari
pertama dilaporkan
turunnya hujan
berwarna kuning,
hijau dan bahkan
hitam. Setelah 10
hari, intensitas curah
hujan mereda hingga
September.
Hujan tersebut turun
hanya pada wilayah
yang terbatas dan
biasanya hanya
berlangsung sekitar
20 menit per hujan.
Para penduduk lokal
menemukan baju-
baju yang dijemur
berubah warna
menjadi merah
seperti darah.
Penduduk lokal juga
melaporkan adanya
bunyi ledakan dan
cahaya terang yang
mendahului turunnya
hujan yang
dipercaya sebagai
ledakan meteor.
Contoh air hujan
tersebut segera
dibawa untuk diteliti
oleh pemerintah
India dan ilmuwan.
Salah satu ilmuwan
independen yang
menelitinya adalah
Godfrey Louis dan
Santosh Kumara dari
Universitas Mahatma
Gandhi.
Mereka
mengumpulkan lebih
dari 120 laporan dari
penduduk setempat
dan mengumpulkan
sampel air hujan
merah dari wilayah
sepanjang 100 km.
Pertama kali mereka
mengira bahwa
partikel merah di
dalam air adalah
partikel pasir yang
terbawa dari gurun
Arab.
Hal ini pernah terjadi
pada Juli 1968
dimana pasir dari
gurun sahara
terbawa angin
hingga
menyebabkan hujan
merah di Inggris.
Namun mereka
menemukan bahwa
unsur merah di
dalam air tersebut
bukanlah butiran
pasir, melainkan sel-
sel yang hidup.
Komposisi sel
tersebut terdiri dari
50% Karbon, 45%
Oksigen dan 5%
unsur lain seperti
besi dan sodium,
konsisten dengan
komponen sel biologi
lainnya, dan sel itu
juga membelah diri.
Sel itu memiliki
diameter antara
3-10 mikrometer
dengan dinding sel
yang tebal dan
memiliki variasi
nanostruktur
didalam
membrannya.
Namun tidak ada
nukleus yang dapat
diidentifikasi. Setiap
meter kubik sampel
yang diambil,
terdapat 100 gram
unsur merah. Jadi
apabila dijumlah,
maka dari Juli hingga
September terdapat
50 ton partikel
merah yang tercurah
ke Bumi.
Di Universitas
Sheffield, Inggris,
seorang ahli
mikrobiologis
bernama Milton
Wainwright
mengkonfirmasi
bahwa unsur merah
tersebut adalah sel
hidup. Hal ini
dinyatakan karena
Wainwright berhasil
menemukan adanya
DNA dari unsur sel
tersebut walaupun ia
belum berhasil
mengekstraknya.
McCafferty
mengatakan,
“Å“kelihatannya
ada hubungan yang
kuat antara laporan
hujan berwarna
dengan aktivitas
meteor, Hujan merah
Kerala cocok dengan
pola-pola tersebut
dan tidak dapat
diabaikan begitu
saja.”
Jadi, apakah hujan
merah di Kerala
berasal dari luar
bumi ? Sebagian
ilmuwan yang
skeptis serta merta
menolak teori ini.
Namun sebagian
ilmuwan lain yang
belum menemukan
jawabannya segera
melirik kembali ke
sebuah teori usang
yang diajukan oleh
ahli fisika Sir Fred
Hoyle dan Dr Chandra
Wickramasinghe,
teori yang disebut
Panspermia, yaitu
sebuah teori yang
menyatakan bahwa
kehidupan di bumi ini
berasal dari luar
angkasa.
Menurut kedua
ilmuwan tersebut
pada mulanya di luar
angkasa terdapat
awan gas antar
bintang yang
mengandung bakteri.
Ketika awan itu
mengerut karena
gravitasi untuk
membentuk sistem
bintang, bakteri yang
ada di dalamnya
tetap bertahan hidup
di dalam komet.
Ketika komet itu
terkena sinar
matahari, panas
matahari
mencairkan
permukaan es pada
komet, bakteri-
bakteri tersebut
lolos dan tersapu ke
planet-planet
terdekat. Teori ini
juga didasarkan
pada argumen
Charles darwin
bahwa
sesungguhnya
bakteri memiliki
karakteristis ‘luar
bumi’.*http://m.youtube.com/watch?gl=US&client=mv-google&xl=xl_blazer&hl=en&xl=xl_blazer&v=jJsqi5M-jVw

No comments:

Post a Comment